Selamat Datang di Bumi Allah, Anakku

Selamat Datang di Bumi Allah, Anakku 2

7 November 2012 menjelang Ashar.

Saya sedang sibuk-sibuknya bekerja ketika tiba-tiba handphoneku berdering, ternyata istriku yang menelepon.

“Ketubannya pecah.” ucapnya

Saya pun berusaha tidak panik, walau jantung ini berdebar kencang sekali. Anak pertama kami sudah tidak sabar untuk hadir di bumi Allah ini.

Selamat Datang di Bumi Allah, Anakku 3

Walau belum waktunya.

Karena menurut perkiraan dokter waktu kelahirannya adalah sekitar akhir bulan November.

Alhamdulillah pimpinan saya yang baik hati memperbolehkan untuk segera pulang. Tapi tetap saja jantung ini semakin keras berdegup.

Hujan sedang turun dengan derasnya namun saya tetap nekat menerobos hujan dengan motor bebek. Smoga nggak banjir di jalan. Karena bebek yang satu ini tidak bisa berenang.

Derasnya hujan membuat penglihatan minusku makin berkurang., Walau begitu saya tetap memacu sepeda motor Smash kesayangan menuju rumah.

Baca juga : Ngidam Kue Rangi

Yang ada di pikiran hanya sampai rumah secepatnya. Karena istriku seorang diri di rumah.

Walau tadi per telpon sudah saya instruksikan untuk minta tolong keponakan yang tinggal di sebelah rumah untuk mengantarkan ke RSIA Andika.

Tetapi rasa khawatir itu tetap berkeliaran di kepalaku. Yang membuatku terus berdoa sepanjang perjalanan agar tidak terjadi apa-apa pada istri dan calon bayi kami.

RSIA Andika

Selamat Datang di Bumi Allah, Anakku 4
Fetal Monitor Untuk Check Keadaan Janin

Selepas ashar saya sudah tiba di RSIA Andika. Rumah sakit tempat kami melakukan kontrol rutin untuk kehamilan istriku.

Lokasinya memang tidak terlalu jauh dari rumah kami. Istriku sudah tiba lebih dahulu di antar oleh keponakanku. Sejak awal kehamilan, kami berdua ingin kelahiran putra pertama kami ini berlangsung normal.

Jadi saat saya sampai istriku sudah berada di ruang pantau untuk kelahiran normal.

Namun sedari pertama kali masuk ruang pantau yaitu selepas Ashar hingga menjelang Isya, tidak terjadi penambahan pembukaan jalan lahir. Semakin berkurangnya air ketuban membuat bidan yang menangani proses kelahiran pun harus menyampaikan pilihan kepada kami.

Menjalani induksi atau operasi caesar.

Apa itu induksi?

Proses induksi sendiri adalah proses untuk merangsang kontraksi rahim sebelum kontraksi alami terjadi. Tujuannya adalah untuk mempercepat proses persalinan.

Dan setelah berkonsultasi dengan kedua orang tua dan mertuaku yang sudah hadir untuk menemani. Akhirnya pilihan kedualah yang kami pilih.

Operasi Cesar.

Muhammad Azka Nugroho

Menjelang tengah malam lahirlah putra pertama kami. Dan tanpa terasa air mata sayapun meleleh ketika melantunkan adzan di telinga buah hati kami.

Air mata bahagia.

Terima kasih ya Allah ya Rahman, telah Engkau karuniakan kepada kami seorang anak laki-laki yang sehat dan lengkap.

Setelah selesai operasilah baru kami tahu dari dokter yang menangani operasi. Bahwa ada plasenta yang menghalangi jalan lahir bayi kami. Seingatku ketika beberapa hari sebelumnya kami melakukan cek rutin dan USG, dokter tidak mengatakan ada keanehan semuanya normal.

Tapi kami percaya ini semua sudah kehendak Allah Subhana Wa Ta’ala.

Sebuah nama sudah kami siapkan sebelumnya, tetapi sebelum memberi nama saya teringat dengan sebuah hadits :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi Shallahu Alaihi Wassalam bersabda,

Sesungguhnya kewajiban orang tua dalam memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang baik ketika lahir. Kedua, mendidiknya dengan al-Qur’an dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak dewasa.
(Hadits Riwayat Tirmidzi)

Dengan memberi nama yang baik, kami berharap anak kami berperilaku baik sesuai dengan namanya. Tentu pemberian nama baik saja tidaklah cukup.

Masih ada tugas berat bagi kami berdua untuk mendidiknya dengan baik pula.

Dengan segala pertimbangan, kami berdua pun menganugerahkan nama pada anak pertama kami Muhammad Azka Nugroho. Muhammad mengambil dari nama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Sedangkan Azka berasal dari bahasa arab yang artinya orang laki-laki yang suci/bersih. Dan Nugroho kami ambil dari kata Anugerah.

Dengan nama itu kami mengharapkan bahwa anak kami yang merupakan Anugrah dari Allah Subhana wa Ta’ala ini akan meneladani/mengikuti jejak Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyyatina qurrata a’yun waj’alna lilmuttaqina imama
(Artinya: “Wahai Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”)

(Quran Surat Al-Furqon: 74)

Tinggalkan Balasan

*